Minggu, 11 September 2016

makalah termodinamika



PERSAMAAN KEADAAN SUATU GAS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
DEVI KRISTINA HUTAHAEAN
FISIKA DIK A 2015
4153121012




 










FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016




KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas kelompok mata kuliah Termodinamika yang berjudul “Persamaan Keadaan Gas Suatu Gas”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata kuliah Termodinamika dan sebagai asahan pengetahuan mahasiswa. Makalah ini disusun dari berbagai referensi yang terkait dengan Termodinamika seperti situs internet dan buku.
Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu dan juga kepada teman-teman yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi ataupun struktur penyusunan makalahnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.







                                                                                    Medan,06 September 2016


                                                                                                Tim Penyusun






DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
1.      BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2.Rumusan masalah....................................................................................... 1
1.3.Tujuan......................................................................................................... 1
2. BAB II ISI................................................................................................................. 2
2.1.Persamaan Keadaan.................................................................................... 2
2.2.Persamaan Keadaan Gas Sempurna........................................................... 2
2.3.Persamaan Keadaan Gas Nyata.................................................................. 3
2.4.Sifat – Sifat Gas ........................................................................................ 3
2.5 Hukum – Hukum Gas................................................................................. 5
2.6.Perubahan Keadaan Gas Ideal................................................................... 10
3.BAB II PENUTUP.................................................................................................. 11
         3.1. Kesimpulan................................................................................................... 11
         3.2. Daftar Pustaka.............................................................................................. 11







BAB 1
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Penggunaan paling umum dari sebuah persamaan keadaan adalah dalam memprediksi keadaan gas dan cairan. Salah satu persamaan keadaan paling sederhana dalam penggunaan ini adalah hukum gas ideal, yang cukup akurat dalam memprediksi keadaan gas pada tekanan rendah dan temperatur tinggi. Tetapi persamaan ini menjadi semakin tidak akurat pada tekanan yang makin tinggi dan temperatur yang makin rendah, dan gagal dalam memprediksi kondensasi dari gas menjadi cairan. Namun demikian, sejumlah persamaan keadaan yang lebih akurat telah dikembangkan untuk berbagai macam gas dan cairan. Saat ini, tidak ada persamaan keadaan tunggal yang dapat dengan akurat memperkirakan sifat-sifat semua zat pada semua kondisi.
Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang ditentukan, ini disebut dalam keadaan pasti (atau keadaan sistem). Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak sifat dari sistem dispesifikasikan. Properti yang tidak tergantung dengan jalur di mana sistem itu membentuk keadaan tersebut, disebut fungsi keadaan dari sistem. Bagian selanjutnya dalam seksi ini hanya mempertimbangkan properti, yang merupakan fungsi keadaan.
2.      Rumusan Masalah
2.1        Apa yang dimaksud dengan persamaan keadaan suatu sistem
2.2    Bagimana persamaan umum gas-gas tersebut?
2.3       Bagaimana sifat - sifat gas tersebut?
2.4       Hukum - hukum apa saja yang digunakan pada gas tersebut?
2.5    Perubahan keadaan gas ideal ?
3.     Tujuan Penulisan
3.1       Untuk mengetahui pengertian gas ideal dan gas nyata.
3.2    Untuk mengetahui persamaan umum gas ideal dan gas nyata.
3.3       Untuk mengetahui. sifat - sifat gas.
3.4       Untuk mengetahui hukum - hukum yang digunakan pada gas ideal dan gas        nyata.
3.5    Untuk mengetahui perubahan keadaan gas ideal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  PERSAMAAN KEADAAN
            Persamaan keadaan suatu sistem adalah hubungan antara variabel-variabel keadaan tau koordinat sistem itu pada keadaan seimbang.Keadaan seimbang suatu sitem terdiri atas sejumlah gas ditentukan oleh tekanan,volume,suhu dan massa .Besaran seperti inilah yang disebut variabel keadaan atau koordinat termodinamik.Jadi persamaan keadaan sistem ini secara umum adalah
f(P,V,T,m)=0
Jika diketahui bukan massa melainkam jumlah molnya, maka persamaan keadaan secara umum adalah
f(P,V,T,n)=0
            Untuk satu mol gas persamaan keadaan menjadi
f(P,V,T)=0

2.2. PERSAMAAN KEADAAN GAS SEMPURNA
            Persamaan keadaan gas sempurna adalah:
Untuk satu mol          
PV=RT
Untuk n mol
PV=nRT
Untuk m kg
PV= RT
Keterangan:
M         : massa tiap 1 mol gas
R         : tetapan gas=0,082 atm/mol K
P          :tekanan
V         :volume
T          : suhu




2.3. PERSAMAAN KEADAAN GAS NYATA (REAL)
     Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada P untuk mengkompensasi interaksi antarmolekul; mengurangI dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas. Sehingga didapat:
[ P+] (v – nb) =RT
[P + (] (V – nb) = nRT
Keterangan :
P = tekanan
V = volume
n = jumlah mol zat
Vm = V/n = volume molar, volume 1 mol gas atau cairan
T = temperatur (K)
R = tetapan gas ideal (8.314472 J/(mol·K))
[P + (n2a/V2)] (V – nb) = nRT (6.12)
a dan b adalah nilai yang ditentukan secara eksperimen untuk setiap gas dan disebut dengan tetapan van der Waals (Tabel 2.1). Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa perilaku gas semakin mendekati perilaku gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga berhbungan denagn kemudahan gas tersebut dicairkan.
Tabel 2.1 Nilai tetapan gas yang umum kita jumpai sehari-hari.
gas
a(atm dm6 mol-2)
b(atm dm6 mol-2)
He
0,0341
0,0237
Ne
0,2107
0,0171
H2
0,244
0,0266
NH3
4,17
0,0371
N2
1,39
0,0391
C2H
4,47
0,0571
CO2
3,59
0,0427
H2O
5,46
0,0305
CO
1,49
0,0399
Hg
8,09
0,0170
O2
1,36
0,0318
    
Gas nyata (real gas) bersifat menyimpang dari gas ideal, terutama pada tekanan tinggi dan suhu rendah. Teori Kinetika gas menjelaskan Postulat 1: massa gas dapat diabaikan jika dibandingkan dengan volume bejana. Pada tekanan tinggi, atau jika jumlah molekul banyak, volume gas harus diperhitungkan à volume ideal sebetulnya lebih kecil dari volume real.
à Menurut Van Der Waals, koreksi volume tergantung dari n (junlah mol gas)
b = tetapan koreksi volume
Pada tekanan tinggi à rapatan gas tinggi à molekul2 sangat berdekatan à gaya antar molekul harus diperhitungkan à karena ada gaya tarik menarik à tekanan yang sebenarnya lebih rendah dari tekanan ideal.
Pengurangan tekanan karena kerapatan gas adalah:
1. Berbanding lurus dengan jml tabrakan dgn dinding atau dengan konsentrasi gas
2. Berbanding lurus dengan gaya tabrakan à berbanding lurus dengan konsentrasi gas
2.4 SIFAT – SIFAT GAS
2.4.1 Sifat – sifat gas ideal
Gas dianggap terdiri atas molekul-molekul gas yang disebut partikel. Teori ini tidak mengutamakan kelakuan sebuah partikel tetapi meninjau sifat zat secara keseluruhan sebagai hasil rata-rata kelakuan partikel tersebut. Untuk menyederhanakan permasalahan teori kinetik gas diambil pengertian tentang gas ideal, dalam hal ini gas dianggap sebagai gas ideal.
Sifat-sifat gas ideal adalah sebagai berikut.
1.      Terdiri atas partikel yang banyak sekali dan bergerak sembarang.
2.      Setiap partikel mempunyai masa yang sama.
3.      Tidak ada gaya tarik menarik antara partikel satu dengan partikel lain.
4.      Jarak antara partikel jauh lebih besar disbanding ukuran sebuah partikel.
5.     Jika partikel menumbuk dinding atau partikel lain, tumbukan dianggap lenting sempurna.
6.      Hukum Newton tentang gerak berlaku.
7.      Gas selalu memenuhi hukum Boyle-Gay Lussac.
Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan suatu cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang, cairan itu tidak akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduli berapapun suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer. Prototipe alat pengukur tekanan atmosfer, barometer, diciptakan oleh Torricelli. Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya/luas.
P=
Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m2, dan satuan tekanan adalah Pascal (Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013 hPa.
1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 hPa
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering digunakan untuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia.
2.4.2  Sifat – sifat gas nyata
Sifat gas nyata sebagai berikut:
a. volume molekul gas nyata tidak dapat diabaikan
b. Terdapat gaya tarik menarik antara molekul-molekul gas terutama jika tekanan diperbesar atau volum diperkecil
c. Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat, menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding menjadi kecil, lebih kecil daripada gas ideal.
2.5 HUKUM – HUKUM GAS
Hubungan antara tekanan, temperatur dan volume pada gas telah  dibuktikan sedemikian rupa dalam beberapa hukum gas . Hukum-hukum gas  ini memungkinkan kita untuk menentukan bagaimana pe ngaruh yang  disebabkan oleh perubahan salah satu faktor terhada p faktor lainnya. Gas  yang betul-betul memenuhi hukum-hukum gas sempurna  (perfect gas).  Namun tidak satu gaspun yang benar-benar sempurna, tetapi dari hasil-hasil  penelitian ada beberapa gas yang mendekati kondisi gas sempurna tersebut.  Seperti halnya refrigerant yang digunakan sebagai bahan pendingin  dalam teknik pendingin, walaupun dipanasi sampai di atas titik didihnya,  tetap tidak akan menjadi gas sempurna, karenanya tidak akan mengikuti  hukum-hukum tersebut secara tepat. Namun walaupun demikian secara  pendekatan hukum-hukum gas tersebut tetap bisa digunakan untuk  menentukan pengaruh daripada perubahan tekanan temperatur dan volume.
2.4.1 Hukum Boyle
Hukum Boyle (atau sering direferensikan sebagai Hukum Boyle-Mariotte) adalah salah satu dari banyak hukum kimia dan merupakan kasus khusus dari hukum kimia ideal. Hukum Boyle mendeskripsikan kebalikan hubungan proporsi antara tekanan absolut dan volume udara, jika suhu tetap konstan dalam sistem tertutup. Hukum ini dinamakan setelah kimiawan dan fisikawan Robert Boyle, yang menerbitkan hukum aslinya pada tahun 1662. Hukumnya sendiri berbunyi:
”Untuk jumlah tetap gas ideal tetap di suhu yang sama, P [tekanan] dan V [volume] merupakan proporsional terbalik (dimana yang satu ganda, yang satunya setengahnya).”
PV= k
p = berarti sistem tekanan.
V  = berarti volume udara.
k  =  jumlah konstan tekanan dan volume dari sistem tersebut.
Hukum Boyle menyatakan bahwa "dalam suhu tetap" untuk massa yang sama, tekanan absolut dan volume udara terbalik secara proporsional. Hukum ini juga bisa dinyatakan sebagai: secara agak berbeda, produk dari tekanan absolut dan volume selalu konstan.
2.5.2 Hukum Gay Lussac
Hukum Gay-Lussac dapat merujuk kepada salah satu dari dua hukum kimia yang dikemukakan oleh kimiawan Perancis Joseph Louis Gay-Lussac. Keduanya berhubungan dengan sifat-sifat gas.Pada 1802, Gay-Lussac menemukan bahwa
Tekanan dari sejumlah tetap gas pada volum yang tetap berbanding lurus dengan temperaturnya dalam kelvin
P/T=k
P = tekanan gas.
T = temperatur gas (dalam Kelvin).
k = sebuah konstanta.
Hukum Gay-Lussac dapat disusun kembali menjadi dua persamaan berguna lainnya.
P1 / T1 = P2 / T2
P1 adalah tekanan awal
 T1 adalah suhu awal
P2 adalah tekanan akhir
T2 adalah suhu akhir
2.5.3 Hukum Charles
                Hukum Charles juga kadang-kadang disebut Hukum Gay-Lussac atau Hukum Charles Gay-Lussac, karena Gay-Lussac lah yang pertama kali mempublikasikan penemuan ini pada 1802. Jacques Charles telah menemukannya lebih dahulu pada 1787, namun tidak mempublikasikannya. Belakangan hukum ini lebih sering disebut hukum Charles karena kemudian Gay-Lussac menemukan hukum-hukum lain yang dinamakan sesuai namanya.
Hukum Charles dapat dinyatakan sebagai jika wadah ditempati oleh sampel gas pada tekanan konstan maka volume berbanding lurus dengan suhu.
V / T = konstan
V adalah volume
 T adalah temperatur (Kelvin)
Hukum Charles dapat disusun kembali menjadi dua persamaan berguna lainnya.
V1 / T1 = V2 / T2
V1 adalah volume awal
 T1 adalah suhu awal
V2 adalah volume akhir
T2 adalah suhu akhir
2.5.4 Hukum Dalton
John dalton (1766-1844) adalah seorang ahli fisika dan kimia dari inggris yang berhasil menemukan hukum proporsi ganda dan hukum gas atau hukum dalton. Dalton disebut juga sebagai "bapak teori atom" karena menemukan teori atom yang ilmiah dan bukan teori democritus dari Yunani kuno yang filosofis dan spekulatif. Dalton menyuguhkan teori atom kuantitatif, jelas, dan jernih yang dapat di gunakan dalam penafsiran percobaan kimiadan dapat dicoba secara tepat di laboratorium.
Tahun 1801 Dalton menemukan sebuah hukum empiris, yang kemudian di kenal dengan nama hukum dalton. Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas adalah sama dengan jumlah tekanan parsial masing - masing bagian gas. Tekanan parsial adalah tekanan yang akan dimiliki masing - masing gas bila berada sendiri dengan volume seluruh campuran gas pada suhu yang sama. Hukum Dalton dapat diterangkan dengan menggunakan teori kinetik gas yang menyatakan bahwa gas bersifat ideal dan tidak ada reaksi kimia antara bagian - bagian gas.

2.5.5 Persamaan keadaan van der Waals
Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada P untuk mengkompensasi interaksi antarmolekul; mengurangi dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas.
·         Faktor koreksi volume
Volume memerlukan faktor koreksi karena partikel-partikel gas nyata mempunyai volume yang tidak dapat diabaikan, sehingga untuk memperhitungkan ukuran partikel – partikel gas Van der Waals mengurangi volume gas terukur dengan volume efektif total molekul-molekul gas. Persamaan itu dirumuskan sebagai berikut: 
Videal = Veksnb
Keterangan :
Videl       = volume gas ideal
Veks        = volume yang terukur pada waktu percobaan
 n         =  jumlah mol gas
 b         = konstanta Van der Waals



·         Faktor koreksi tekanan
Perbedaan sifat antara sebuah molekul gas dengan sebuah molekul lain yang hampir bertumbukan dengan dinding wadah. Gaya tarik menarik molekul  itu sama untuk ke segala arah sehingga akan saling menghilangkan. Sedangkan molekul yang lain hampir bertubukkan dengan dinding sehingga gaya tarik menarik antar molekul gas tersebut dengan molekul lain cenderung dapat menurunkan momentum molekul gas tersebut ketika bertumbukkan dengan dinding, dan akibatnya akan mengurangi tekanan gas tersebut. Oleh karena itu, tekanan gas tersebut akan lebih kecil daripada tekanan gas ideal karena pada gas ideal dianggap tidak terjadi gaya tarik menarik antar molekul.Makin besar jumlah molekul persatuan volume, makin besar jumlah tumbukan yang dialami oleh dinding wadah serta makin besar pula gaya tarik menarik yang dialami oleh molekul-molekul gas yang hampir menumbuk dinding wadah. Karena itu, faktor koreksi untuk tekanan dapat dihitung dengan rumus :  
a(n2/V2)
a=konstanta
n=jumlah mol gas.
Dengan memasukkan kedua faktor koreksi tersebut ke dalam persamaan gas ideal, maka diperoleh persamaan Van der Waals :
[P + (n2a/V2)] (V – nb) = nRT
Keterangan :
P  = tekanan absolut gas (atm)
V  =volume spesifik gas (liter)
R  = konstanta gas (0,082 L.atm/mol atau 8,314J/Kmol)
T  =suhu /temperatur absolut gas (K)
n  =jumlah mol gas
a,b =konstanta Van der Waals
a dan b adalah nilai yang ditentukan secara eksperimen untuk setiap gas dan disebut dengan tetapan van der Waals .Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa perilaku gas semakin mendekati perilaku gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga berhbungan denagn kemudahan gas tersebut dicairkan.
2.5.6   Persamaan Kamerlingh Onnes
Pada persamaan ini, PV didefinisikan sebagai deret geometri penjumlahan koefisien pada temperature tertentu, yang memiliki rasio “P” (tekanan) dan “Vm” (volume molar), yaitu sebagai berikut:
PV m = A + BP + CP 2 + DP 3 + …
Nilai A, B, C, D adalah koefisien virial. Pada tekanan yang rendah hanya nilai A yang berperan, namun semakin tinggi tekanan suatu gas maka koefisien B, C, D, dan seterusnya pun akan lebih akurat sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan Kamerlingh akan memberikan hasil yang semakin akurat bila tekanan semakin bertambah.
2.6 PERUBAHAN KEADAAN GAS IDEAL
Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q = W).
Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik pV di bawah ini. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai
pers04Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.
isothermal_process
Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.
QV = ∆U
Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = pV). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku
pers05Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan
QV =∆U
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai
W = QpQV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada volume konstan (QV).
diag11
Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar (dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama dengan perubahan energi dalamnya (W = ∆U).
Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-masing p1 dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas berubah menjadi p2 dan V2, usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai
pers06Dimana γ adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar gas pada tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1 (γ > 1).
341px-adiabaticsvg
Proses adiabatik dapat digambarkan dalam grafik pV dengan bentuk kurva yang mirip dengan grafik pV pada proses isotermik namun dengan kelengkungan yang lebih curam.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan di atas adalah gas dibagi menjadi dua, yaitu gas ideal dan gas nyata. Gas ideal merupakan sebuah gas yang mematuhi persamaan gas umum dari PV = nRT  yang disampaikan secara singkat, sedangkan gas nyata adalah gas yang tidak mematuhi persamaan gas umum dan  menggunakan hukum-hukum gas hanya pada saat tekanan rendah. Hukum – hukum yang digunakan untuk menetukan gas tersebut adalah :
1.      Hukum boyle
2.      Hukum Charles
3.      Hukum gay lussac
4.      Hukum dalton




DAFTAR PUSTAKA
                                                                                                          
Maron, Samuel H dan Jerome B. Lando,2002,  Fundamentals of Physical Chemistry, Collier Macmillan Publisher, London.
Mulyanto,dkk,1992,Panas Dan Termodinamika,PT.Inta Parawira,Jakarta.
Hadi,Dimsiki,1993,Termodinamika,Dikti,Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar